Oleh : Ujang Supriyatna SE.
Sabar adalah sesuatu yang sangat penting dalam ajaran Islam. Oleh karena pentingnya kedudukan sabar itulah, sabar dijadikan oleh Allah ﷻ sebagai satu sebab dari berbagai sebab atau faktor mendapatkan pertolongan dan kebersamaan bersama Allah Taala.
يٰاۧاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلٰوةِۗ إنَّ اللّٰهَ مَعَ الصّٰبِرِيْنَ
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah [2]: 153)
Nabi ﷺ bersabda:
اَلصَّبْرُ نِصْفُ الْإِيْمَانِ
“Sabar adalah separuh dari iman.” (HR. Abû Na‘îm dan al-Khathîb)
Ajaran sabar begitu penting dalam Islam, sehingga porsinya separuh dari kesempurnaan kualitas dan tingkat keimanan kita.
Oleh karena urgensi sabar itulah, Allah ﷻ dalam QS. al-‘Ashr menegaskan bahwa kita diperintahkan untuk saling berwasiat, saling memberikan nasihat agar berbuat sabar (watawâshau bish-shabr), bukan hanya agar berbuat yang benar. Bahwa wasiat agar bersabar ini menjadi salah satu di antara empat elemen yang sangat penting bagi keselamatan dan kebahagiaan dunia dan akhirat.
Syekh Ash-Shâwî dalam kitab tafsirnya Hâsyiyat al-Shâwî ‘alâ Tafsîr al-Jalâlain, ketika menjelaskan Surat al-’Ashr, menyatakan bahwa barangsiapa yang bisa memenuhi empat elemen ini: beriman, beramal saleh, berwasiat/nasihat kebenaran, dan berwasiat kesabaran, maka ia telah memenuhi hak Allah dan hak hamba-Nya, sehingga mendapatkan keselamatan dan kebahagiaan dunia akhirat.
Kita pun telah maklum dengan ayat yang menegaskan bahwa dunia ini adalah arena ujian (dâr balâ’) berupa ketakutan, kelaparan, kekurangan harta benda, nyawa dan buah-buahan, dan sebagainya. Allah pun memberikan kabar gembira bagi orang-orang yang sabar, memberitahukan keadaan mereka ketika ditimpa musibah dan menetapkan balasan pahala dan rahmat bagi mereka.
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الـخَوْفِ وَالْـجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الأَموَالِ وَالأَنفُسِ وَالثَّمَرَاتِۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ. اَلَّذِيْنَ إذَا أَصَابَتهُمْ مٌّصِيْبَةٌۗ قَالُوْا إنَّا لِلّٰهِ وَإنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَۗ. أُولٰۧئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوٰتٌ مِّنْ رَّبِّهِمْ وَرَحمَةٌۗ وَأُولٰۧئِكَ هُمُ الْـمُهْتَدُوْنَ
“Dan pasti Kami akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata ”Innaâ lillâhi wa innâ ilaihi râji‘ûn” (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali. Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmah dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. al-Baqarah [2]: 155-157)
Dunia ini ada anugerah, ada ujian, ada kegembiraan dan ada kesedihan, ada cita-cita serta ada derita. Dunia ini tidak ada yang langgeng (baqâ’), tetapi sifatnya fanâ’. Sesuatu yang jernih bisa berubah keruh, kesenangan bisa berubah menjadi keperihatinan dan kesedihan bahkan kesengsaraan. Alangkah janggal orang yang tertawa tetapi tidak pernah menangis; alangkah janggal orang yang penuh kemewahan tetapi tidak pernah merasakan kesulitan; alangkah janggal orang yang bahagia tetapi tidak pernah sedih, bukan?
Inilah realitas dunia. Ada bahagia, ada sengsara, ada gembira ada sedih, ada suka dan ada duka. Oleh karena itulah, musibah bagi orang mukmin dipandang sebagai ujian. Bagi orang mukmin keberadaan dunia yang penuh dengan lika-liku dan dinamika kehidupan ini dihadapi dengan penuh kesabaran, karena sabar itulah obat dari penyakit-penyakit yang mengguncang dunia.
Dengan demikian, jelas ajaran kesabaran sangat penting diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari, dalam berbagai sendi dan dinamika kehidupan, terutama tentu ketika tertimpa musibah. Bagi orang mukmin yang bisa menjalani dan menghadapi musibah dengan sabar, maka ia diberikan petunjuk, ampunan, dan rahmat dari Allah Taala. Semoga Allah ﷻ memberikan kekuatan lahir bagi ahli musibah (orang dan keluarga yang terkena musibah). Semoga Allah Taala menyelamatkan kita, bangsa Indonesia, dari penderitaan, musibah dan bencana, âmîn…
« Prev Post
Next Post »